Atasi Luka Bakar Dan Lecet Dengan Nutrimoist Tanpa Bekas

Showing posts with label FIKSI. Show all posts
Showing posts with label FIKSI. Show all posts

Thursday, December 3, 2015

Kumpulan Syair Puisi Menyentuh Hati

 
Tunggulah Aku _

Tak kan pernah ku putar haluan
jika rasa kerinduan ini memang
hanya untukmu .
ketika suatu saat nanti perjalananku
telah usai ku tempuh dan bersandar
di dermaga hatimu .

Sayangku ....!
Lihatlah temaram senyum jingga
nun jauh di sana .
ia telah melambaikan hangat sapaku
untukmu yang selalu kusenandungkan
ketika gurat senja hadir menyapa .

Ada melodi indah dan sajak aksaraku
yang selalu ku simpan di dalam hatimu
hingga di sini mampu ku rasakan
getar keindahanya yang sempurna .

Ada kenangan yang selalu indah
dan membayang di pelupuk netra ini
ketika mengingat sedih rasaku hanya
ku mampu peluk bayanganmu saat ini .

Ada cerita yang tiada pernah pudar
karna di sana telah kuukir dengan
darah dan airmata seperti hatiku yang tiada mampu ku menjauh darimu .

Sayang ...!
Tunggulah hadirku dalam timang malam
ketika hawa rindu itu datang
dan menyemai di pucuk mimpi
pelukan terindah kita nanti
dan aku pasti kan datang dan bersandar
hangat dalam dermaga kasihmu .
Harianku Terluka _

entah ...!
gelisah ini hinggap di benakku
menjalar perlahan dengan jeritan
menjerat jiwaku dengan dusta .

adalah sebuah malam
yang setia membagikan duka
ketika keresahan selalu hadir
dalam kerapuhan diriku .

ujung sunyi kian menari
kukecap dengan sendiri
kunikmati tanpa mimpi
semua bagai berlari
anganku terganti luka hati .
Januari telah berlalu
namun sisa_sisa sedih dan pilu masih jua
melekat di dalam dinding hatiku .

entahlah ...
mengapa kenangan yang indah
tak jua kau mengingatnya untukku
hanya sebait sesalmu yang kau
hadirkan dalam sapa ungkap hatimu .

Namun ....!
Akan kuterima semua nasib jiwa ini
karna aku sadar memang tak kan
pernah mampu bahagiakan dirimu
seperti apa yang kau mau dariku .

Senja ini terlukis sudah
sebait kata aroma yang tertiup
nyiur gugur dalam hembusan
sang bayu ,kaua torehkan ingatanku
untuk sebuah rasa kesakitan
yang telah meretakan cerita kita .

Sayangku ...
aku tak kan memulai untuk sebuah
pertikaian ego yang hanya membuat
lemahnya pikiran hati kita .
_ Kau undang aku dalam kesedihan
isak yang menyemai di ujung mimpi
ketika hening telah kusingahi
tentang ceritamu dengan
nyanyian kisah pilu .

_ Denting sayup kian menyemai
pada semilir sajak sunyiku di sini saat
ilalang lengang terdiam
dengan tunduk duduk menari
menyua bahasa hati .

_ Kaukah cerita itu dengan terbata
ungkapkan secuil kisah lama
pada daun malam yang kian
lepas dari ranting karna mendengar
isak sedihmu di malam ini .

_ Harap tersenyumlah
sambut purnama yang bersinar
sajikan senyum sapamu di sana
agar luka dan cerita usang
mampu tertawa karna hadirmu
telah kunanti dengan bisik mimpikiu di sini .

RESENSI BUKU : L.A THE DETECTIVE : Novel Detektif L.A yang Made In Indonesia

Sinopsis :
Gary Stewart, Steve Higgins, Larry Watson dan Mary Olsen, keempatnya adalah detektif yang tergabung dalam satu tim di unit kepolisian LAPD. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa Gary, dan semuanya pun berubah drastis. Larry yang sangat terpukul, meyakini kalau Gary sengaja dibunuh, dan berusaha untuk bisa membuktikan keyakinannya itu. Namun ketiadaan bukti membuat kasus itu akhirnya dipeti-eskan dan tim mereka pun bubar.

Larry kemudian memperoleh partner baru bernama Frank Russell yang kemudian menjadi sahabat terbaiknya. Berdua, mereka mengungkap berbagai kasus kriminal termasuk pembunuhan. Diantara rentetan kasus yang mereka tangani, terdapat satu benang merah yang akhirnya berhasil menghubungkan sang pelaku dengan kasus kematian Gary. Dugaan Larry benar, bahwa Gary memang mati karena dibunuh.
Namun nyawa Larry juga ikut terancam. Beberapa kali ia juga hampir menemui ajal saat berhadapan dengan musuh-musuhnya. Pada suatu kesempatan, Larry sangat terkejut saat melihat Marry kembali, mantan partnernya dulu yang tengah masuk ke sebuah gedung. Siapa menduga, hal tak terduga itu justru membimbing Larry menemukan hidayah.

Bagaimanakah akhir kisah yang berliku-liku ini? Siapa sebenarnya pembunuh Gary?

---------------------------------------------------------------------------------------------

Novel yang versi awalnya pernah terbit pada tahun 2003 dengan judul Musim Semi di Wyoming ini, mengambil latar tempat, alur cerita dan semua tokoh utama yang “beraroma” luar negeri. Narasi yang rapi mengalir, dan cerita yang digerakkan oleh dialog antar tokohnya menjadi andalan novel ini hingga cukup menarik untuk dinikmati tanpa menimbulkan kesan boring. Pilihan genre dan tema yang tidak biasa juga membuat novel ini tampil beda diantara novel-novel karya penulis lokal saat ini.

Sebagai penyuka roman detektif, tentu, saya sangat mengapresiasi kehadiran novel detektif yang ditulis oleh penulis lokal, setelah selama ini, rata-rata novel detektif koleksi saya adalah novel terjemahan. Apalagi, saat sekilas membaca behind the scene dari novel ini, yang ternyata memerlukan waktu lebih kurang enam tahun, maka saya yakin, the writer has put very serious efford to make it better and get republished.

Namun, terdapat beberapa hal yang cukup mengganjal buat saya sepanjang membaca novel ini hingga tuntas. Yang penasaran, berikut catatannya :

1.      Kenapa ya ketiga tokohnya harus punya nama serupa : Gary, Larry dan Marry, padahal mereka nggak punya pertalian darah? Ini terkesan kurang natural dan nggak jauh beda dengan kemunculan adegan kebetulan di dalam cerita.

2. Seorang editor saya pernah memberi saran, jika kita (baca : penulis lokal) ingin menulis latar kisah di luar negeri, setidaknya, tetap munculkan sesuatu yang berhubungan dengan Indonesia, entah itu lewat satu tokoh utamanya yang masih berdarah Indonesia atau apalah, jadi pembaca pun tetap merasa “terhubung” dan tidak merasa berjarak dengan cerita. 

Entah karena nggak ada hal yang menghubungkan novel ini dengan Indonesia, ataupun karena keterlibatan emosinya memang minim, “feel” dan “nyawa” yang menyertai sebagian besar novel ini memang nyaris datar. Saya gagal merasakan kesan mencekam dan menegangkan dalam beberapa adegan kriminal termasuk adegan tembak-menembak dan seru-serunya, bahkan saat Larry berhadapan dengan pembunuh Gary yang sebenarnya, kesan suspense-nya pun terasa kurang greget. Untunglah, pada bab-bab akhir terdapat beberapa adegan yang cukup mengharukan  tentang pencarian hidayah tokoh utamanya.

3.  Istilah tentang penulis bertindak sebagai “Tuhan” terhadap karyanya juga berlaku dalam novel ini, dan pada bagian plot, peran “Tuhan” yang dipegang penulis terasa sedikit otoriter. Beberapa kali terjadi adegan flashback yang digambarkan dengan cara sang tokoh mengingat kejadian lampau, namun menghabiskan narasi hingga berlembar-lembar bahkan terkadang tanpa disertai pemisah dalam bab. Juga tak jarang terjadi, kejadian yang melompat meninggalkan latar tempat sebelumnya. Contohnya pada hal. 94. Tak ada angin tak ada hujan, juga tanpa prolog apapun, tiba-tiba adegan berpindah dari markas kepolisian, dimana para detektif tengah menghadapi anak dari korban pembunuhan bernama Michelle, ke adegan Larry yang bertemu dengan Mrs. Stewart tanpa adanya keterangan lokasi yang jelas. Dalam beberapa kali adegan juga, dimana Larry tengah menghadapi musuh, tiba-tiba saja Frank muncul, tanpa disertai penjelasan sebelumnya si Frank berada di mana.

Proses penemuan hidayah oleh Larry dan Frank juga terasa tiba-tiba, tanpa diiringi eksplorasi akan kontemplasi yang sangat mendalam, namun di sisi lain, bagian ini juga turut berkontribusi untuk membuat cerita ini menjadi lebih dinamis.

4. Inkonsistensi pun tak luput terjadi pada novel ini. Pada hal. 109, digambarkan Michelle begitu gembira saat bertemu Larry Watson, padahal pada hal. 93, digambarkan kalau Michelle sangat trauma melihat polisi. Mungkin, jika diantara rentang halaman tersebut terdapat alur yang menggambarkan metamorfosis psikis Michelle, inkonsistensi ini bisa terselamatkan. Dalam penggambaran latar tempat pula, untuk kota Wyoming sendiri, saya menyukai detailnya yang terkesan indah dan menyejukkan, namun dalam banyak adegan, gambaran tempat yang melatarbelakangi kejadian justru terasa kabur. Mungkin ini juga sebabnya, mengapa saya gagal merasakan unsur ketegangan dalam beberapa kali adegan pengejaran dan penangkapan penjahat. Informasi yang minim tentang lokasi yang melatarbelakangi adegan tersebut membuat saya sulit membayangkan bagaimana situasi sebenarnya saat tokoh-tokohnya tengah beradu tembak dan sebagainya. 

Inkonsistensi pada pov pun demikian. Ada tiga bab yang dituturkan dengan pov 1 oleh sosok Marry yang diletakkan secara acak (bab 1, 6 dan 19) tanpa saya mengerti apa maksud dibuat demikian, sementara sebagian besar cerita dituturkan dengan menggunakan pov 3.

5. Pada hal. 321, adegan ketika Mrs. Lindsay yang mengenakan cincin menampar wajah Larry hingga berdarah dan meninggalkan kesan luka yang jelas terlihat, saya jadi penasaran, cincin apa gerangan yang bisa membuat wajah seorang pria jadi berdarah-darah, dan sekeras apa pula tamparannya pada pria yang jelas-jelas polisi itu sampai terluka?

6.  Terkait narasi, pada hal. 100, narasi penulis untuk menceritakan pistol terasa sangat textbook. Menurut hemat saya, informasi tertulis ini masih bisa dibuat lebih smooth dan melebur dengan cerita hingga tak terkesan seperti menyalin langsung dari sumbernya. Di sisi lain, saya acungi jempol kepiawaian penulis bertutur dengan dialog yang dominan, dan sebagian besar dialognya juga cerdas dan rapi. Saya yakin, menulis banyak dialog untuk novel setebal ini bukan hal mudah. Namun, di sisi lain juga membuat karakter tokohnya menjadi seragam. Siapa pun yang bertutur, baik lelaki atau wanita, bahasanya nyaris sama aja. (anggap aja lagi baca novel terjemahan, cerewet amat sih, si mpok ini :p.)

7. Terhadap karakter dan interaksi tokohnya pula, untuk sosok polisi detektif L.A, saya merasa karakter dan interaksi antara sosok Larry dan Frank terlalu feminin, terlalu lembut, terlalu akrab dan intim, dan penggambaran interaksi keduanya dengan kalimat semacam ini : ‘saling bertukar senyum, saling berpandangan, membuka mantel lalu menawarkan....., berpelukan, menghabiskan waktu bersama, juga email Larry yang menceritakan penilaiannya tentang Frank, dan lain-lain, mengingatkan saya pada novel dengan tokoh...... (ops, cut! dipelototin CEO Indiva tuh mpok :D), saya ganti aja deh : it sounds too girly. Memang, bukan hal mudah untuk menulis karakter sosok yang berbeda gender dengan penulisnya, namun, karena interaksi Frank dan Larry sangat dominan dalam cerita ini, membuat kesan feminin tersebut pun menjadi sangat dominan pula.

Untungnya, karakter Larry dengan semua trauma psikis dan lika-liku hidup yang dialaminya, cukup membuat sosok ini berkesan. Sayangnya, begitu banyak “penderitaan” yang dialami Larry, sedikit banyak mengingatkan saya pada film-film india tahun 80an, dimana sosok hero-nya harus berdarah-darah dan menderita lahir batin dulu sebelum meraih (atau tidak meraih) kebahagiaan :D

8.  Penyelipan unsur islami dalam kisah ini, sebagian masih menggunakan cara yang ditempuh fiksi islami pada era sebelumnya, yaitu disampaikan melalui ucapan salah satu tokoh yang terkesan seperti isi ceramah yang cukup panjang. Juga proses keislaman tokoh-tokohnya terasa sangat kebetulan, karena ternyata orang-orang yang dicintai Larry, yaitu Marry dan Frank, keduanya sama-sama memeluk Islam tanpa ada penjelasan yang cukup gamblang.

Terlepas dari poin-poin diatas, saya pikir, bab-bab akhir yang berkisah tentang penemuan hidayah keislaman adalah bagian paling cemerlang dari novel ini, sekaligus berhasil menghadirkan greget pada penghujungnya, setelah kesan datar nyaris mewarnai sebagian isi novel ini.

Dan sebagaimana komentator sepak bola, belum tentu mampu menggocek bola sebaik pemain aslinya, saya pun demikian. Kalo disuruh nulis novel detektif-poll setebal 400an halaman kaya' si L.A ini, saya pilih disuruh baca dan komen aja deh :) (si mpok curang :p).

Bagi anda penggemar novel-novel detektif, dan ingin melihat bagaimana sebuah cerita yang panjang berhasil digerakkan dengan lincah oleh dialog yang dominan, novel ini layak dijadikan pilihan, apalagi di dalamnya juga terdapat “bonus” berupa pencerahan akan nilai-nilai islami. Sesuatu yang layak diapresiasi, dan membuat novel ini tampil beda dengan novel-novel detektif pada umumnya.

Judul                          :            L.A The Detective
Penulis                        :            Hikaru
Penerbit                      :            Indiva Media Kreasi
Tebal                          :            432 hal
Jenis                           :            Fiksi
Terbit                          :            Desember 2013
ISBN                          :            9786028277945

Resensi Novel STILL ALICE, Terperangkap dalam Memory Alzheimer

Namanya Alice Howland, seorang wanita berumur 50 tahunan yang sudah memliki 3 (tiga) anak yang sudah dewasa, AnnaTom, dan Lydia. Anna sudah menikah dan menanti seorang anak kandung. Tom, seorang dokter bedah masih single, dan Lydia baru saja lulus SMA.

Panggilannya, Alice. Ia adalah dosen psikolog kognitif sekaligus ahli linguistik dengan IQ di atas rata-rata. Gelar membanggakannya, Ph.D, membuatnya menjadi dosen paling disegani dengan segala ide, penelitian, seminar, cara belajar bahkan cara ia membimbing di Harvard University. Ia memiliki suami yang begitu mencintainya, John Howland. Mereka berdua pasangan profesor doktor yang jenius. Anak-anaknya juga ikut gen kejeniusan mereka. 

Ini adalah novel terjemahan. Novel terjemahan ini berkisah tentang Alice yang mengidap Alzheimer. Gampangnya nih, penyakit ini akan menyerang syaraf otak hingga lama kelamaan akan merusak syaraf, perlahan akan mengalami lupa short term, kemudian ingat, hingga akhirnya lupa sama sekali long term.

Aku suka banget novel ini. Ini novel terjemahan pertama setelah mungkin 6 tahun nggak baca novel terjemahan. Beberapa kali aku pilih judul novel terjemahan untuk dibaca. Tapi selalu saja aku menyerah duluan karena versi Indonesianya bikin berpikir baru bisa tercerna.

Tapi penceritaan novel ini bisa mengalir begini ya? Aku enjoy banget bacanya. Ngalir banget. Dari awal aku udah tertarik dengan pemicu konflik, yaitu tentang Alice yang mulai merindukan suaminya karena mereka sama-sama sibuk. Bahkan ia merindukan masa-masa berantem membahas anak terakhirnya yang nggak mau lanjut kuliah sarjana.

Novel STILL ALICE by Lisa Genova
JUDUL          : STILL ALICE
PENULIS      : Lisa Genova
PENERBIT   Esensi (Erlangga Group )
TERBIT        : Januari 2015 (Indonesia)
HALAMAN  : 328 Halaman

Membaca buku ini sama dengan berlajar arti sebuah keluargakerja keraspengertianmemaklumisaling menyangikesabaran, dan keikhlasan. Banyak sekali memang yang bisa dipelajari.

Aku merasa deket banget dengan karakter Ibu yang punya keinginan sangat mulia. Alice begitu menginginkan anak-anaknya sukses di pendidikan dan karirnya. Persis sekali dengan Ibuku, right?

Dan makin 'aku bangetketika anak bungsunya yang bernama Lydia mengelak untuk melanjutkan kuliah sarjana selepas SMA. Mirip sedikit sih, bedanya aku mengelak untuk lanjut ke gelar Master. Lydia punya alasan, aku juga demikian.

Aku sangat mengikuti alur kisahnya. Konflik utama mulai muncul ketika Alice mengira ia masuk ke zona wanita menopuseSatu per satu gejala mulai muncul. Seperti merasa gugup, emosi tidak stabil, tubuh gemetar, hingga kehilangan konsentrasi saat presentasi. Ia melupakan sebuah kata. Ia tahu apa yang ingin ia utarakan, tapi dia susah sekali untuk megucapkannya sampai buat dia kesal sendiri. Alice merasa ada yang nggak beres, dia periksa ke dokter dan diagnosisnya positif Alzheimer.

Buku ini menjelma jadi buku pengenalan sejak dini tentang edukasi penyakit AlzheimerSoft education, i think. Penulis secara gamblang, detail dan terasa begitu nyata ketika menjelaskan gejala, jenis tes, obat-obtan, bahkan studi percobaan untuk penangangan penyakit ini. 

Risetnya, aduhai banget deh! Tapi bukan seperti menggurui. Karena kisahnya menarik banget untuk kita baca. Ini fiksi dan ini edukasi. Nilai plus plus plus untuk novel terjemahan ini.

Kita bisa ikut merasakan betapa terpukulnya menjadi seseorang berpredikat jenius dan hafal apapun tentang dunia pendidikannya, mendadak harus perlahan lupa segalanya. Betapa ia begitu percaya diri dengan penelitiannya, mendadak susah mengungkapkan apa yang dia ingin dan cari.

Dan bayangin, ketika kita baca buku, lalu kita lupa apa yang dijelaskan di satu halaman sebelumnya karena Alzheimer menggerogoti sistem syaraf otak. Atau, pernahkah kita bayangin yang harusnya ia mengingat masa bahagia bersama keluarga kecilnya saat ini, mendadak nggak kenal siapa anak-anak mereka yang ada di depan matanya, tapi justru tiba-tiba mengingat masa kelam di masa lalunya? Dampaknya, emosi naik turun nggak jelas. Menderita. Banyak hal yang membuat terenyuh dari kisah Alice malang ini dan tidak mungkin aku mengungkap keseruan semuanya di sini. 

Alice dengan kisahnya sebagai pengidap Alzheimer dini (muncul di bawah umur 60 tahun), cukup tangguh melewati hari-harinya yang bergantung dengan alarm Blackberry-nya. Alice yang tersesat di rumahnya sendiri karena lupa di mana letak toiletnya. Bahkan Alice yang lupa bagaimana menggunakan pakaian dalam

Aku tersentuh. Tapi aku nggak sampai menitikkan air mata, sih. Hanya empati yang begitu besar kepada mereka di luar sana yang mengidap Alzheimer

Begitu berharganya waktu, bahkan setiap detik pun,
karena bisa saja kita akan lupa saat paling bahagia satu menit yang lalu.

Perwajahan Buku

Kemasan buku ini seperti pada umumnya buku terjemahan. Karakter tokoh utama menjadicover story, aktris Julianne MooreKemasan dalam buku (layout) menurutku sangat elegan sekali. :) Bersih dari ornamen yang berlebihan. Hanya icon kupu-kupu yang memiliki makna dalam cerita ini. Sehingga kita bisa fokus dengan jalan cerita. Penomoran halaman buku juga cantik, berada di sisi margin luar buku. Nice, i love it!

Dan buku ini lengkap dengan penjelasan, tips pencegahan, gejala, dan alamat rumah sakit yang bisa menangani penyakit Alzheimer dari berbagai kota. Ini sangat membantu untuk yang membutuhkan.

#1 Best Seller New York

Iya, aku setuju kalau di New York novel ini jadi yang terbaik. Karena ini kisah yang begitu berbobot. Bahkan sudah diangkat menjadi film, serta meraih Penghargaan Oscar, Golden Globes, dan Bafta Awards untuk kategori Aktris Terbaik.

Film Berdasarkan Novel STILL ALICE

Karena aku suka kisahnya, aku kepoin youtube dan cari trailer-nya, deh. Ternyata memang beneran kisah Alice sudah difilmkan. Aku pun akhirnya nonton streaming sub English, karena penasaran banget gimana visualisasi kisah Alice di Novel STILL ALICE ini. Ya, ini kisah yang mengharu biru. Berikut nama pemain utamanya:

Keluarga Howland

Ia ingin lanjut berjalan, tetapi malah mematung. Ia tak tahu berada di mana. 
Ia menengok kembali ke seberang jalan.
...
Ia berusaha berpikir lebih detail. Ia tahu semua tempat itu, yang telah menjadi 
taman bermainnya selama dua puluh lima tahun. Namun ia sama sekali 
tak bisa mengingat arah rumahnya.
...
Jantungnya berdegup kencang. Bulir-bulir keringat bermunculan, 
ia merasa kepanikan.

Bagaimana Cara Menjadi Penulis Novel?

Caramenulisnovel.com say’s: Apakah Anda ingin tahu tentang Bagaimana Cara Menjadi Penulis Novel?Ya, 
keingintahuan Anda itu juga sama dengan banyak orang yang menanyakan di milis-milis penulisan di internet. Mereka bertanya, “Bagaimana sih cara menjadi penulis novel?”  Ada pula yang meminta tips atau panduannya kepada saya.
Karena banyaknya pertanyaan itu, saya menulis postingan ini untuk membantu Anda mengetahui bagaimana cara menjadi penulis novel.
Saya katakan pada Anda bahwa untuk menjadi seorang penulis novel: Anda harus memulai dari apa yang Anda suka.
Berikut ini adalah dua tahap memulai menjadi penulis novel yang berawal dari sebuah kesukaan:
SATU
Menulis dengan topik yang paling Anda sukai. Tulislah hal-hal yang paling dekat dengan diri Anda. Ini akan membuat Anda lebih lancar dan cepat menulis novel, sebab Anda SANGAT menguasai hal-hal yang sedang Anda bahas.
Bagaimana caranya?
Mulailah menulis secara spontan. Secara bebas. Lupakan semua teori. Lupakan semua aturan bahasa. Lupakan semua titik koma. Yang penting, mulailah menulis secara spontan, secara bebas.
“Lho, kok sembarangan sekali. Bukankan untuk menulis itu ada teorinya? Ada panduannya? Ada pedomannya? Ada rumusnya?”
Ya, tentu saja. Karena itu, lanjutkan pada langkah berikut ini.
DUA
Menulis ulang karya novel yang Anda sukai. Ya, dengan menulis ulang novel yang Anda suka akan mempercepat proses pembelajaran Anda. Dari pada banyak tanya sana-sini, maka lebih efektif jika Anda belajar sendiri langsung pada gurunya. Ya, belajarlah cara menulis novel dari novel itu sendiri. Tulis ulang novel yang Anda suka. Misalnya Anda suka membaca novel “Laskar Pelangi” dan Anda tertarik untuk bisa menulis novel best seller seperti itu. Maka tulis ulang novel itu. Tidak harus semua bagian, cukup pada bab atau paragraf yang Anda suka saja.
Menulis ulang novel karya orang lain itu seperti kita membongkar-pasang sesuatu, membongkar baju dan menjahitnya kembali misalnya. Atau membongkar mesin motor dan memasangnya kembali. Dengan membongkar-pasang baju, orang akan cepat belajar bagaimana menjadi penjahit; dengan membongkar-pasang mesin motor, orang akan lebih cepat belajar bagaimana cara menjadi tukang servis motor.
Yups, begitu juga dengan menulis ulang novel orang lain, Anda akan dibawa menyerap lebih banyak ilmu dan panduan menulis novel yang menakjubkan. Anda akan tiba-tiba tahu bagaimana cara memulai menulis pembukaan novel atau kalimat pembuka. Anda akan tahu bagaimana cara menulis alur novel. Anda akan tahu cara membuat plot yang menarik. Anda akan digiring untuk menguraikan kata-kata dengan deskripsi yang indah.
Bahkan Anda juga akan belajar bagaimana cara meletakkan titik-koma, tanda seru dan tanda tanya, tanda kutip dan tanda lainnya. Anda juga akan belajar bagaimana membuat kalimat dan paragraf, menyambung paragraf satu ke yang berikutnya, membuat paragraf menjadi bab dan seterusnya.
Ya, Anda akan langsung belajar bagaimana cara mudah menulis sebuah novel. Anda akan merasakan “darah menulis” mengalir dalam jiwa Anda. Lambat tapi pasti…
Namun untuk menjadi seorang penulis novel profesional, dua tahap diatas tentu belumlah memadai. Anda harus lebih banyak berlatih cara menulis novel yang baik dan benar. Anda juga harus “berguru” kepada orang dan bacaan. Dan Anda harus melakukannya terus-menerus tanpa henti sampai novel Anda terbit dan dinikmati pembaca.
Yups, demikian dua langkah Menjadi Seorang Penulis Novel saya tulis. Saya doakan siapa saja yang membaca tulisan ini benar-benar menjadi penulis novel profesional. Amin
NB: Menulis ulang novel orang lain bukan berarti Anda menjiplak karya orang lain. Karya itu tetapah menjadi karya penulis. Anda hanya belajar mengetahui seluk beluk cara menulis novel saja.

Ingin dapat tips Kesehatan Dan Info Seputar Kehidupan Yuks Di follow fans Fage Kami.

Dikirim oleh Zulfahmi Muhabbar pada 3 Januari 2016

Produk Paling Laku Bulan Ini

Produk Paling Laku Bulan Ini
Well 3 Royalzim, Sang Pionir Enzim Kompleks

Kategori Artikel

AGAMA (13) ALAM SEMESTA (5) ANDROID (1) BERITA (42) BLOGGER (7) COMPUTER (17) DREAM (1) ENGLISH (1) ENTERTAIMENT (7) FIKSI (9) GAME (3) GRAFITI (1) HACKER (3) HARDWARE (15) HOROR (3) HP (2) INFO (91) INSPIRATIF (16) INTERNET (9) KATA BIJAK (3) KEAMANAN KOMPUTER (2) KECANTIKAN (9) KEJAHATAN (3) KESEHATAN (30) KISAH (6) KOMPUTER (7) LAPTOP (3) LOPE (14) LUAR ANGKASA (1) LUCU (13) MAKANAN (10) MISTERI (4) NETWORK (7) OFFICE (18) OLAHRAGA (2) OS (5) PENDIDIKAN (13) Produk CNI (61) PSIKOLOGI (18) PUISI (1) RUMAH TANGGA (14) SOFTWARE (37) TEKNOLOGI (46) TIPS (66) TOKOH (9) TROUBLESHOOTING (12) TUGAS KULIAH (3) TUTORIAL (14) UNIK (18) WINDOWS (2) WIRELESS (7) WISATA (2)